Kamis, 30 Juli 2009

Jangan Melalaikan Shalat

Sahabat, Jangan Lalaikan Sholatmu

Beberapa waktu yang lalu, ku perhatikan saudari2 ku asyik menonton acara yang lagi banyak ditongkrongi nggak cuma oleh ibu2, remaja, anak2 bahkan nenek2 sekalipun banyak yang suka. Ya itulah program tv yang berjudul 'Idola Cilik' yang disiarkan salah satu stasiun tv swasta. Yupz, kali ini aku nggak bakal membahas tentang idola ciliknya, tapi aktivitas menontonnya.Sebelumnya, kita harus sepakati dulu bahwa hukum asal dari menonton TV adalah Mubah (pilihan, boleh dilakukan boleh juga tidak). Menjadi pahala bila yang ditonton adalah ceramah atau hal2 yang bermanfaat. Namun menjadi haram bila yang ditonton adalah film-film yang mempertontonkan aurat,mistik,... termasuk iklan-iklan yang sering tanpa permisi lewat di depan mata mempertontonkan sesuatu yang haram, terlebih lagi dengan menonton bsampai membuat kita melalaikan kewajiban, salah satunya adalah SHOLAT.Sahabat, Betapa merugi orang-orang yang melalaikan kewjaiban shalat. Soalnya, amalan pertama yang dihisab oleh Allah SWT dihari akhir adalah shalat. Shalat adalah tiang agama. Kalau shalat selalu ditegakkan 5 kali dalam sehari semalam, maka insya Allah hal yang lain-lainnya juga baik, dengan catatan shalatnya dikerjakan dengan benar. Setiap bacaan di dalam shalat mulai dari doa iftitah hingga tahyat adalah doa pengharapan kepada Allah SWT agar selalu berada pada jalan yang lurus. Dengan shalat berarti kita selalu mengingat Allah SWT sehingga kita terhindar dari berbuat dosa (maksiat misalnya). Shalat juga mendidik kita kedisiplinan waktu, sedangkan shalat berjamaah mengajarkan kita selalu merapatkan barisan untuk bersatu. Banyaklah manfaat shalat pada diri seseorang, namun banyak manusia tidak mau mendapat manfaat itu. Dunia yang fana ini memang sudah melenakan banyak orang.Sahabat, mengapa begitu mudah meninggalkan sholat? Tahukah sahabat, bahwa ketika kita meninggalkan sholat tanpa sadar kita sudah menjadi orang yang SOMBONG. Kenapa sombong???Nyadar nggak siy kalo kita bisa hidup dengan nyaman saat ini karena Kemurahan dan kasih sayang Allah. Kita bernafas gratis, rizki selelu terpenuhi (jangan pernah merasa bangga diberi oleh ortu) cz ortu qt juga dapetnya dari Allah dan sewaktu-waktu Allah bisa menariknya. Tiba2 ketika Allah meminta waktu Qt untuk menghadapNya menyembah padanya, dengan sombongnya kita malah acuh menonton TV atau lebih memilih tidur, jalan2 ke mall dan aktivitas lain yang mengesampingkanNya. Naudzubillah...Bagaimana kalo Allah juga acuh pada kita, mau nggak? Tiba2 dia menarik nikmatNya dari kita, mata yang lebih suka nonton daripada menangis dihadapanNya, kaki ini yang lebih suka ke tempat2 hiburan daripada ke majlis ilmuNya, dan masih banyak lagi. Bagaimana seandainya itu semua dicabut oleh Allah.Sungguh Allah yang maha benar berfirman :" demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian..." (al-'Asr:1-2)ya merugilah orang2 yang menghabiskan waktunya dalam kesia - siaan. Karena waktu nggak akan pernah balik lagi. Seandainya sahabat tahu betapa berharganya tiap detik, tiap menit..hidupmu.
”… Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” [An Nisaa’:103]
Tuch kan, sholat itu sudah ditetapkan waktunya, jadi jangan seenaknya aja mengulur2 waktu sholat, okkay!!!
”Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” [Al Kautsar:2]
”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” [Al Baqarah:110]
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Thaahaa:14

Dosa Besar yang membicarakan orang lain

Adalah Dosa Besar Membicarakan Kesalahan Orang Lain
Jun 13, '07 8:35 AMfor everyone
BismillahhirRohamnirRohim
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-HaqqaniDalam Mercy Oceans (Book Two)
Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata bahwa semua nasihatnya bagaikan peluru senapan, yang diberikan kepada kalian untuk digunakan melawan Ego dan Nafsu yang merupakan musuh utama kalian. Tetapi kalian hanya mengambil dan menyimpannya. Padalah kami memberimu untuk digunakan, itulah maksud kami. Kami memberimu peluru untuk berbagai macam sasaran, ada yang dekat dan ada pula untuk sasaran di balik gunung. Namun demikian, tetap saja Grandsyaikh berkata, “Aku tidak menemukan orang yang menjaga nasihatku.” Saya berharap kalian semua memperhatikan nasihat beliau.Grandsyaikh bertanya apakah yang tidak disukai oleh Allah swt dan Rasulullah sallallahu alaihi wasalam? Kalian harus tahu, dan bila sudah tahu, jagalah dirimu dari hal itu. Beliau menjawab bahwa yang tidak disukai Allah dan Rasulullah saw adalah membicarakan kesalahan orang lain. Allah swt telah melarang hal ini. Ini adalah sebuah dosa besar dan merupakan perbuatan terburuk yang dilakukan oleh seseorang.Kalian juga mempunyai kesalahan, setiap orang mempunyai banyak kesalahan, dan kalian harus mempertanggungjawabkan kesalahan kalian kepada Allah . Jadi mengapa kalian melihat kesalahan orang lain? Kalian harus menghilangkan kesalahan kalian sendiri. Bila seseorang melihat kesalahan orang lain, rasa hormat kepadanya akan hilang dari dalam hatinya, dan kecintaan terhadapnya pun akan musnah. Oleh karena itu, hal ini sangat dilarang. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan orang lain, sehingga bila kita memperhatikannya semua, maka semua orang akan menjadi musuh kita. Hal ini akan memecah belah ummat, kemudian Setan akan menangkap kita. Islam menyerukan agar kita membangun rasa cinta dan hubungan yang kuat di antara sesama manusia, saling melindungi dari kejahatan dan memperkuat keimanan. Dengan demikian, kita diperintah kan untuk beribadah secara berjamaah sehingga iman kita akan menjadi lebih kuat.Grandsyaikh Abdullah berkata bahwa kita harus berhati-hati karena Setan akan berusaha membuat ibadah kita tidak diterima. Ibadah kita tidak diterima bila kita meminta suatu imbalan setelah melakukannya. Kita harus memohon agar ibadah itu hanya untuk mendapat keridhaan Allah semata. Ketika seluruh keinginan ego telah hilang, maka seseorang bisa disebut hamba Allah. Mencari imbalan dalam beribadah bagaikan orang yang menyembah berhala. Ketulusan berarti hanya mengharapkan ridha Allah .Begitu banyak orang yang beribadah kemudian melakukan keinginan egonya. Ini berarti bahwa mereka adalah hamba Allah dan juga hamba Setan. Itu adalah jalan yang berbahaya. Sampai kita menjadi bersih dari karakter buruk, kita tidak dapat terbebas dari Setan, dunia ini, ego kita, dan hasrat untuk menonjolkan diri. Sampai kalian tahu di mana kalian menapakkan kakimu, apakah di jalan yang benar atau salah, hati kalian masih perlu diluruskan. Kalian harus tahu dan menyadari di mana kalian meletakkan kakimu. Dalam tidur yang singkat bisa saja terjadi bencana yang berbahaya. Oleh sebab itu kita perlu untuk selalu mengulang kalimat syahadat, untuk menempatkan diri kita di jalan yang benar.Sampai kita terbebas dari karakter buruk, kita tidak bisa memperoleh iman yang sejati, dan jika tidak ada iman yang sejati, maka tidak ada kehidupan yang sejati, kehidupan yang kekal. Siapa pun yang bisa mewujudkan kehidupan sejati di dunia ini, maka dia akan hidup di makamnya, tubuhnya tidak akan berubah menjadi debu. Itu adalah tanda dari Allah bahwa dia telah meraih kehidupan sejati.Bagaimana kita dapat membebaskan diri dari karakter buruk? Salah satu karakter buruk adalah berbangga hati. Iblis diusir dari Kehadirat Ilahi karena kebanggaannya. Jika seseorang tidak cukup rendah hati untuk menerima pelajaran dari seseorang, berarti dia merasa bangga. Kalian harus memiliki guru thariqat untuk menunjukkan kepadamu bagaimana melaksanakan syariah dalam dirimu. Guru itu belajar dari Syaikhnya bagaimana menggunakan syariah pada dirinya.Tidak ada ahli bedah yang hanya belajar lewat buku-buku. Mereka harus melakukan praktek operasi dengan praktek sesungguhnya dibawah bimbingan Doktor ahli yang telah melakukan pembedahan berkali-kali. Demikian pula dengan mengalahkan Ego dalam preaktek tasawuf tidak dapat dipelajari melalui buku-buku, tetapi harus dengan melakukan praktek melalui bimbingan Guru-guru Tariqah Sufi yang sejati, yang telah mengalahkan egonya dan mendapat bimbingan Ilahiah dari para Mursyid pendahulunya. Bihurmatihabib, FatihahWa min Allah at Tawfiq

Dosa Besar yang membicarakan orang lain

Adalah Dosa Besar Membicarakan Kesalahan Orang Lain
Jun 13, '07 8:35 AMfor everyone
BismillahhirRohamnirRohim
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-HaqqaniDalam Mercy Oceans (Book Two)
Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata bahwa semua nasihatnya bagaikan peluru senapan, yang diberikan kepada kalian untuk digunakan melawan Ego dan Nafsu yang merupakan musuh utama kalian. Tetapi kalian hanya mengambil dan menyimpannya. Padalah kami memberimu untuk digunakan, itulah maksud kami. Kami memberimu peluru untuk berbagai macam sasaran, ada yang dekat dan ada pula untuk sasaran di balik gunung. Namun demikian, tetap saja Grandsyaikh berkata, “Aku tidak menemukan orang yang menjaga nasihatku.” Saya berharap kalian semua memperhatikan nasihat beliau.Grandsyaikh bertanya apakah yang tidak disukai oleh Allah swt dan Rasulullah sallallahu alaihi wasalam? Kalian harus tahu, dan bila sudah tahu, jagalah dirimu dari hal itu. Beliau menjawab bahwa yang tidak disukai Allah dan Rasulullah saw adalah membicarakan kesalahan orang lain. Allah swt telah melarang hal ini. Ini adalah sebuah dosa besar dan merupakan perbuatan terburuk yang dilakukan oleh seseorang.Kalian juga mempunyai kesalahan, setiap orang mempunyai banyak kesalahan, dan kalian harus mempertanggungjawabkan kesalahan kalian kepada Allah . Jadi mengapa kalian melihat kesalahan orang lain? Kalian harus menghilangkan kesalahan kalian sendiri. Bila seseorang melihat kesalahan orang lain, rasa hormat kepadanya akan hilang dari dalam hatinya, dan kecintaan terhadapnya pun akan musnah. Oleh karena itu, hal ini sangat dilarang. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan orang lain, sehingga bila kita memperhatikannya semua, maka semua orang akan menjadi musuh kita. Hal ini akan memecah belah ummat, kemudian Setan akan menangkap kita. Islam menyerukan agar kita membangun rasa cinta dan hubungan yang kuat di antara sesama manusia, saling melindungi dari kejahatan dan memperkuat keimanan. Dengan demikian, kita diperintah kan untuk beribadah secara berjamaah sehingga iman kita akan menjadi lebih kuat.Grandsyaikh Abdullah berkata bahwa kita harus berhati-hati karena Setan akan berusaha membuat ibadah kita tidak diterima. Ibadah kita tidak diterima bila kita meminta suatu imbalan setelah melakukannya. Kita harus memohon agar ibadah itu hanya untuk mendapat keridhaan Allah semata. Ketika seluruh keinginan ego telah hilang, maka seseorang bisa disebut hamba Allah. Mencari imbalan dalam beribadah bagaikan orang yang menyembah berhala. Ketulusan berarti hanya mengharapkan ridha Allah .Begitu banyak orang yang beribadah kemudian melakukan keinginan egonya. Ini berarti bahwa mereka adalah hamba Allah dan juga hamba Setan. Itu adalah jalan yang berbahaya. Sampai kita menjadi bersih dari karakter buruk, kita tidak dapat terbebas dari Setan, dunia ini, ego kita, dan hasrat untuk menonjolkan diri. Sampai kalian tahu di mana kalian menapakkan kakimu, apakah di jalan yang benar atau salah, hati kalian masih perlu diluruskan. Kalian harus tahu dan menyadari di mana kalian meletakkan kakimu. Dalam tidur yang singkat bisa saja terjadi bencana yang berbahaya. Oleh sebab itu kita perlu untuk selalu mengulang kalimat syahadat, untuk menempatkan diri kita di jalan yang benar.Sampai kita terbebas dari karakter buruk, kita tidak bisa memperoleh iman yang sejati, dan jika tidak ada iman yang sejati, maka tidak ada kehidupan yang sejati, kehidupan yang kekal. Siapa pun yang bisa mewujudkan kehidupan sejati di dunia ini, maka dia akan hidup di makamnya, tubuhnya tidak akan berubah menjadi debu. Itu adalah tanda dari Allah bahwa dia telah meraih kehidupan sejati.Bagaimana kita dapat membebaskan diri dari karakter buruk? Salah satu karakter buruk adalah berbangga hati. Iblis diusir dari Kehadirat Ilahi karena kebanggaannya. Jika seseorang tidak cukup rendah hati untuk menerima pelajaran dari seseorang, berarti dia merasa bangga. Kalian harus memiliki guru thariqat untuk menunjukkan kepadamu bagaimana melaksanakan syariah dalam dirimu. Guru itu belajar dari Syaikhnya bagaimana menggunakan syariah pada dirinya.Tidak ada ahli bedah yang hanya belajar lewat buku-buku. Mereka harus melakukan praktek operasi dengan praktek sesungguhnya dibawah bimbingan Doktor ahli yang telah melakukan pembedahan berkali-kali. Demikian pula dengan mengalahkan Ego dalam preaktek tasawuf tidak dapat dipelajari melalui buku-buku, tetapi harus dengan melakukan praktek melalui bimbingan Guru-guru Tariqah Sufi yang sejati, yang telah mengalahkan egonya dan mendapat bimbingan Ilahiah dari para Mursyid pendahulunya. Bihurmatihabib, FatihahWa min Allah at Tawfiq

Puasa Dan Riba

Saat ini kita sedang berada di bulan suci Ramadhan, dimana bagi orang-orang yang beriman “diwajibkan” untuk melaksanakan ibadah puasa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS:2:AL-BAQOROH:183). Karena ayat tersebut sangat dipahami oleh kaum muslimin, maka tidak ada satupun orang yang mengaku Islam mengingkari atas wajibnya berpuasa. Hal ini ditambah dengan berbagai ceramah, pengajian atau kajian lengkap tentang puasa yang disampaikan oleh para ustadz/muballigh, sehingga umat semakin paham tentang kewajiban berpuasa. Lebih-lebih di bulan Ramadhan ini, hampir di setiap masjid berbagai “ilmu” tentang puasa telah banyak disampaikan, sehingga umat benar-benar paham apa akibatnya apabila meninggalkan puasa.
Sekarang mari kita perhatikan Firman Allah SWT yang lain “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) ribâ jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa ribâ) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan ribâ), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. (QS:2:AL-BAQOROH: 278-279).Ada yang menarik dari firman-firman Allah tersebut, yaitu ayat-ayatnya terdapat dalam Surat yang sama didalam Al-Quran (Surat Al-Baqoroh), kemudian dimulai dengan panggilan “manja” Allah kepada orang-orang beriman. Ayat pertama, orang-orang beriman diperintahkan untuk melaksanakan ”puasa”, dan pada ayat kedua orang-orang beriman diperintahkan untuk meninggalkan “riba”. Yang lebih menarik lagi dari ayat-ayat tersebut, kewajiban puasa tidak disertai dengan “ancaman” bagi yang meninggalkannya, meskipun kita yakini bahwa meninggalkan puasa merupakan perbuatan “dosa”, akan tetapi mari kita perhatikan, ayat tentang perintah meninggalkan “riba”, ternyata Allah dan Rasul-Nya langsung “mengancam” dengan “perang”, masya Allah ! Mengapa Allah SWT begitu keras ancamannya bagi para pelaku “riba” ? Dan mengapa kita begitu bersemangat melaksanakan “puasa”, tetapi sepertinya “acuh tak acuh” terhadap bahaya “riba” ? Hal ini, tentunya menjadi pertanyaan besar bagi orang-orang yang mengaku “beriman” !
Disadari atau tidak, ternyata umat Islam banyak yang tidak tahu secara ilmiah dan rasional mengapa ”riba” dalam Islam dipandang sebagai dosa terbesar setelah syirik, durhaka pada orang tua dan pelaku ”riba” kekal dalam neraka (QS 2:275). Apalagi, banyak para ustadz dan muballigh yang kurang ”mendakwahkan” masalah riba ini, tidak seperti dakwah tentang ”puasa”. Akibatnya, umat tidak sadar bahwa sebenarnya dia sedang melakukan ”dosa”.
Umat Islam banyak yang tidak tahu jika riba telah membawa penderitaan massal yang menyakitkan bagi kemanusiaan, karena riba telah menjatuhkan banyak negara ke lembah jeratan hutang yang parah. Karena menerapkan riba, maka APBN dikuras secara hebat untuk menyumbang lembaga bank (berbasis riba) lewat obligasi BLBI. Riba secara signifikan telah menaikkan harga BBM, listrik, telepon, bahan kebutuhan pokok. Kenaikan harga-harga barang strategis tersebut dimaksudkan untuk menambah pendapatan negara bagi biaya APBN. Padahal hampir sepertiga anggaran negara Indonesia untuk mensubsidi/membayar riba (bunga) kepada bank-bank konvensional tersebut dan bunga hutang luar negeri. Bukan-kah ini penderitaan yang kini kita sedang rasakan ?
Mengamalkan Islam bukan saja dari aspek ibadah, seperti puasa ini, tetapi harus secara kaffah dan komprehensif. Sebagaimana firman Allah, ’Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah. (QS 2: 208). Semoga tulisan ini dapat menyadarkan kepada kita yang mengaku ”beriman”, bahwa antara pelaksanaan ”puasa” dan meninggalkan ”riba” adalah sama-sama perintah Allah bagi orang yang beriman.
Wallohu a’lam bish showaab.

Puasa Dan Riba

Saat ini kita sedang berada di bulan suci Ramadhan, dimana bagi orang-orang yang beriman “diwajibkan” untuk melaksanakan ibadah puasa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS:2:AL-BAQOROH:183). Karena ayat tersebut sangat dipahami oleh kaum muslimin, maka tidak ada satupun orang yang mengaku Islam mengingkari atas wajibnya berpuasa. Hal ini ditambah dengan berbagai ceramah, pengajian atau kajian lengkap tentang puasa yang disampaikan oleh para ustadz/muballigh, sehingga umat semakin paham tentang kewajiban berpuasa. Lebih-lebih di bulan Ramadhan ini, hampir di setiap masjid berbagai “ilmu” tentang puasa telah banyak disampaikan, sehingga umat benar-benar paham apa akibatnya apabila meninggalkan puasa.
Sekarang mari kita perhatikan Firman Allah SWT yang lain “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) ribâ jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa ribâ) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan ribâ), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. (QS:2:AL-BAQOROH: 278-279).Ada yang menarik dari firman-firman Allah tersebut, yaitu ayat-ayatnya terdapat dalam Surat yang sama didalam Al-Quran (Surat Al-Baqoroh), kemudian dimulai dengan panggilan “manja” Allah kepada orang-orang beriman. Ayat pertama, orang-orang beriman diperintahkan untuk melaksanakan ”puasa”, dan pada ayat kedua orang-orang beriman diperintahkan untuk meninggalkan “riba”. Yang lebih menarik lagi dari ayat-ayat tersebut, kewajiban puasa tidak disertai dengan “ancaman” bagi yang meninggalkannya, meskipun kita yakini bahwa meninggalkan puasa merupakan perbuatan “dosa”, akan tetapi mari kita perhatikan, ayat tentang perintah meninggalkan “riba”, ternyata Allah dan Rasul-Nya langsung “mengancam” dengan “perang”, masya Allah ! Mengapa Allah SWT begitu keras ancamannya bagi para pelaku “riba” ? Dan mengapa kita begitu bersemangat melaksanakan “puasa”, tetapi sepertinya “acuh tak acuh” terhadap bahaya “riba” ? Hal ini, tentunya menjadi pertanyaan besar bagi orang-orang yang mengaku “beriman” !
Disadari atau tidak, ternyata umat Islam banyak yang tidak tahu secara ilmiah dan rasional mengapa ”riba” dalam Islam dipandang sebagai dosa terbesar setelah syirik, durhaka pada orang tua dan pelaku ”riba” kekal dalam neraka (QS 2:275). Apalagi, banyak para ustadz dan muballigh yang kurang ”mendakwahkan” masalah riba ini, tidak seperti dakwah tentang ”puasa”. Akibatnya, umat tidak sadar bahwa sebenarnya dia sedang melakukan ”dosa”.
Umat Islam banyak yang tidak tahu jika riba telah membawa penderitaan massal yang menyakitkan bagi kemanusiaan, karena riba telah menjatuhkan banyak negara ke lembah jeratan hutang yang parah. Karena menerapkan riba, maka APBN dikuras secara hebat untuk menyumbang lembaga bank (berbasis riba) lewat obligasi BLBI. Riba secara signifikan telah menaikkan harga BBM, listrik, telepon, bahan kebutuhan pokok. Kenaikan harga-harga barang strategis tersebut dimaksudkan untuk menambah pendapatan negara bagi biaya APBN. Padahal hampir sepertiga anggaran negara Indonesia untuk mensubsidi/membayar riba (bunga) kepada bank-bank konvensional tersebut dan bunga hutang luar negeri. Bukan-kah ini penderitaan yang kini kita sedang rasakan ?
Mengamalkan Islam bukan saja dari aspek ibadah, seperti puasa ini, tetapi harus secara kaffah dan komprehensif. Sebagaimana firman Allah, ’Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah. (QS 2: 208). Semoga tulisan ini dapat menyadarkan kepada kita yang mengaku ”beriman”, bahwa antara pelaksanaan ”puasa” dan meninggalkan ”riba” adalah sama-sama perintah Allah bagi orang yang beriman.
Wallohu a’lam bish showaab.

Puasanya Orang Meninggalkan Shalat

Puasanya Orang Yang Meninggalkan Shalat-->Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Sebagian ulama kaum muslimin mencela orang yang berpuasa tapi tidak shalat, karena shalat itu tidak termasuk puasa. Saya ingin berpuasa agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan. Dan sebagaimana diketahui, bahwa antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Saya mohon penjelasanya. Semoga Allah menunjukki anda.Jawaban. Orang-orang yang mencela anda karena anda puasa tapi tidak shalat, mereka benar dalam mencela anda, karena shalat itu tianggnya agama Islam, dan Islam itu tidak akan tegak kecuali dengan shalat. Orang yang meninggalkan shalat berarti kafir, keluar dari agama Islam, dan orang kafir itu, Allah tidak akan menerima puasanya, shadaqahnya, hajinya dan amal-amal shalih lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala. "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan" [At-Taubah : 54]Karena itu, jika anda berpuasa tapi tidak shalat, maka kami katakan bahwa puasa anda batal, tidak sah dan tidak berguna di hadapan Allah serta tidak mendekatkan anda kepadaNya. Sedangkan apa yang anda sebutkan, bahwa antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah menghapus dosa-dosa di antara keduanya, kami sampaikan kepada anda, bahwa anda tidak tahu hadits tentang hal tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda."Shalat-shalat yang lima dan Jum'at ke Jum'at serta Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa di antara itu apabila dosa-dosa besar dijauhi" [Dikeluarkan oleh Muslim, kitab Ath-Thaharah (233)]Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam terlah mensyaratkan untuk penghapusan dosa-dosa antara satu Ramadhan degan Ramadhan berikutnya dengan syarat dosa-dosa besar dijauhi. Sementara anda, anda malah tidak shalat, anda puasa tapi tidak menjauhi dosa-dosa besar. Dosa apa yang lebih besar dari meninggalkan shalat. Bahkan meninggalkan shalat itu adalah kufur. Bagaimana puasa anda bisa menghapus dosa-dosa anda sementara meninggalkan shalat itu suatu kekufuran, dan puasa anda tidak diterima. Hendaklah anda bertaubat kepada Allah dan melaksanakan shalat yang telah diwajibkan Allah atas diri anda, setetah itu anda berpuasa. Karena itulah ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau bersaba."Maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah telah mewajibkan lima shalat dalam sehari semalam" [Hadits Riwayat Al-Bukhari, kitab Az-Zakah (1393), Muslim, kitab Al-Iman (1)]Beliau memulai perintah dengan shalat, lalu zakat setetah dua kalimah syahadat [Syaikh Ibnu Utsaimin, Fatawa Ash-Shiyam, dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnad, hal. 34]

Puasanya Orang Meninggalkan Shalat

Puasanya Orang Yang Meninggalkan Shalat-->Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Sebagian ulama kaum muslimin mencela orang yang berpuasa tapi tidak shalat, karena shalat itu tidak termasuk puasa. Saya ingin berpuasa agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan. Dan sebagaimana diketahui, bahwa antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Saya mohon penjelasanya. Semoga Allah menunjukki anda.Jawaban. Orang-orang yang mencela anda karena anda puasa tapi tidak shalat, mereka benar dalam mencela anda, karena shalat itu tianggnya agama Islam, dan Islam itu tidak akan tegak kecuali dengan shalat. Orang yang meninggalkan shalat berarti kafir, keluar dari agama Islam, dan orang kafir itu, Allah tidak akan menerima puasanya, shadaqahnya, hajinya dan amal-amal shalih lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala. "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan" [At-Taubah : 54]Karena itu, jika anda berpuasa tapi tidak shalat, maka kami katakan bahwa puasa anda batal, tidak sah dan tidak berguna di hadapan Allah serta tidak mendekatkan anda kepadaNya. Sedangkan apa yang anda sebutkan, bahwa antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah menghapus dosa-dosa di antara keduanya, kami sampaikan kepada anda, bahwa anda tidak tahu hadits tentang hal tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda."Shalat-shalat yang lima dan Jum'at ke Jum'at serta Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa di antara itu apabila dosa-dosa besar dijauhi" [Dikeluarkan oleh Muslim, kitab Ath-Thaharah (233)]Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam terlah mensyaratkan untuk penghapusan dosa-dosa antara satu Ramadhan degan Ramadhan berikutnya dengan syarat dosa-dosa besar dijauhi. Sementara anda, anda malah tidak shalat, anda puasa tapi tidak menjauhi dosa-dosa besar. Dosa apa yang lebih besar dari meninggalkan shalat. Bahkan meninggalkan shalat itu adalah kufur. Bagaimana puasa anda bisa menghapus dosa-dosa anda sementara meninggalkan shalat itu suatu kekufuran, dan puasa anda tidak diterima. Hendaklah anda bertaubat kepada Allah dan melaksanakan shalat yang telah diwajibkan Allah atas diri anda, setetah itu anda berpuasa. Karena itulah ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau bersaba."Maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu maka beritahukanlah mereka bahwa Allah telah mewajibkan lima shalat dalam sehari semalam" [Hadits Riwayat Al-Bukhari, kitab Az-Zakah (1393), Muslim, kitab Al-Iman (1)]Beliau memulai perintah dengan shalat, lalu zakat setetah dua kalimah syahadat [Syaikh Ibnu Utsaimin, Fatawa Ash-Shiyam, dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnad, hal. 34]

Bagaimana Menikahi Wanita Non Muslim

Wanita nonmuslim itu ada dua kategori. Pertama, Wanita ahli kitab, yaitu wanita yang beragama Kristen dan Yahudi. Kedua, wanita musyrik yaitu wanita yang beragama selain Kristen dan Yahudi, misalnya beragama Hindu, Budha, Sinto, dll. Laki-laki muslim haram menikahi wanita musyrik. Perhatikan keterangan berikut.“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mu’min sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 221). Namun, laki-laki muslim halal menikahi wanita ahli Kitab yang baik-baik, sebagaimana dijelaskan secara eksplisit dalam ayat berikut. “Dan dihalalkan mengawini wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak pula menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (Q.S. Al Maidah 5: 5) Walau secara hukum halal, namun seorang lelaki muslim yang akan menikahi wanita Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) harus mempertimbangkannya secara matang, sebab harus ada target untuk mengislamkannya. Sekiranya tidak akan mampu mengajak wanita tersebut ke pangkuan Islam, sebaiknya tidak menikahinya. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-tahrim 66: 6). Rasulullah saw. menegaskan bahwa dalam pemilihan jodoh, yang harus jadi pertimbangan pokok adalah faktor agamanya. “Perempuan dinikahi karena empat perkara, karena kecantikannya, karena keturunannya, karena hartanya, dan karena agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama, agar selamatlah dirimu.” (H.R. Muslim). Agama harus menjadi pertimbangan prioritas karena untuk membangun keluarga yang harmonis, suami dan isteri harus memiliki visi dan misi yang sama sehingga mereka bisa berjalan searah, saling melengkapi untuk sampai kepada satu muara, yaitu menuju keluarga yang dicintai dan diridoi Allah swt. Ada satu hal lagi yang harus dipikirkan jika Anda menikahi wanita ahli kitab, yaitu masalah warisan. Kalau salah seorang di antara mereka (suami-isteri yang berbeda agama) meninggal, maka tidak bisa saling mewarisi. “Dari Usamah bin Zaid r.a., Nabi saw bersabda: “Orang muslim tidak boleh mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak boleh mewarisi orang muslim.” (H.R. Muslim). Kesimpulannya, laki-laki muslim haram menikahi wanita musyrik, sementara menikahi wanita ahli kitab (Kristen atau Yahudi) hukumnya halal. Walaupun halal, namun harus difikirkan secara matang, sebab seorang suami muslim wajib membawa isterinya yang nonmuslim untuk menjadi muslim. Wallahu A’lam.